Tuesday 30 October 2018

faktor-faktor pembentuk sikap manusia



Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan. Sikap manusia terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama hidupnya, dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman. Proses tersebut dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi hubungan timbale balik antara individu dan sekitarnya.
Adanya interaksi dan hubungan tersebut kemudian membentuk pola sikap individu dengan sekitarnya. Saifudin Azwar (2010: 31-38) menguraikan faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh factor emosional. Sarlito dan Eko (2009: 152-154) juga menjelaskan mengenai pembentukan sikap. Yaitu:
a.       pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi rangsangan yang kedua.
b.      pengondisian instrumental, yaitu apabila proses belajar yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila perilaku mendatangkan hasil yang buruk maka perilaku tersebut akan dihindari.
c.       belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa.
d.      perbandingan sosial, yaitu membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau salah.

Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan sekitarnya melalui proses yang kompleks. Gerungan (2004: 166-173) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seorang individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal pembentuk sikap adalah pemilihan terhadap objek yang akan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada disekitarnya itu disikapi. Objek yang disikapi secara mendalam adalah objek yang sudah melekat dalam diri individu. Individu sebelumnya sudah mendapatkan informasi dan pengalaman mengenai objek, atau objek tersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan atau disenangi oleh individu kemudian hal tersebut dapat menentukan sikap yang muncul, positif maupun negatif.

Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk sikap manusia, yaitu:
a.       Interaksi kelompok, pada saat individu berada dalam suatu kelompok pasti akan terjadi interaksi. Masing-masing individu dalam kelompok tersebut mempunyai karakteristik perilaku. Berbagai perbedaan tersebut kemudian memberikan informasi, atau keteladanan yang diikuti sehingga membentuk sikap.
b.      Komunikasi, melalui komunikasi akan memberikan informasi. Informasi dapat memeberikan sugesti, motivasi dan kepercayaan. Informasi yang cenderung diarahkan negatif akan membentuk sikap yang negatif, sedangkan informasi yangmemotivasi dan menyenangkan akan menimbulkan perubahan atau pembentukan sikap positif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa pengalaman pribadi dan keadaan emosional. Pengalaman terhadap suatu objek yang memberikan kesan menyenangkan atau baik akan membentuk sikap yang positif, pengalaman yang kurang menyenangkan akan membentuk sikap negatif. Sedangkan factor emosional, lebih pada kondisi secara psikologis seorang individu, perasaan tertarik, senang, dan perasaan membutuhkan akan membentuk sikap positif, sedangkan perasaan benci, acuh, dan tidak percaya akan membentuk sikap negatif. Sedangkan faktor eksternal pembentuk sikap, mencakup pengaruh komunikasi, interaksi kelompok, dan pengaruh kebudayaan.

Wednesday 17 October 2018

pengertian sikap manusia


a.       Menurut D . Krech dan RS. Crutchfield Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses persepsi, emosi, dan motivasi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
b.      John H. Harvey dan William P. Smith Kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi
c.       Menurut anwar bahwa sikap dapat di kategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran yaitu:
1)      Berorientasi pada respon. Orientasi ini di wakili oleh para ahli seperti  Louis thurstone, rensis likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) terhadap objek tersebut (berkowits daam azwar, 195).
2)      Orietasi pada kesiaan respon. Orientasi ini di wakili oleh para ahli seperti chave, bogardus, lapierre, mead dan allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadapsuatu objek dengan cara cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial unuk bereaksi dengan caratertentu apabila individu di hadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap oleh la pierre (dalam azwar1995) di katakana sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social; tau secarasederhana sikap adalah respons terhadap stimuli social yang telah terkondisikan.
3)      Berorientasi kepada skema triadic. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan backman (daam azwar, 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tindakan(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar.
Menurut Azwar (1995), di kalangan para ahli Psikologi Sosial dewasa ini terdapat dua pendekatan dalam mengklasifikasikan sikap yaitu:
1)      sikap sebagai kombinasi reaksi antara afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Pendekatan pertama ini sarna dengan pendekatan skema triadik, kemudian disebut juga dengan pendekatan tricomponent.
2)      meragukan adanya konsistensi antara ketiga komponen sikap di dalam membentuk sikap. Oleh karena itu pendekatan ini hanya memandang perlu membatasi konsep dengan komponen afektif saja.

Wednesday 3 October 2018

pengertian prestasi belajar


Prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai berupa nilai/skor setelah siswa mengalami proses belajar. Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata yang diperoleh melalui proses belajar dan indikatornya dalam bentuk nilai yang didasarkan pada hasil tes prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Abin Syamsudin Makmun (1996:3) adalah:
Menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.

Di lembaga-lembaga pendidikan formal, besar kecilnya atau tinggi rendahnya hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan tinggi rendahnya hasil belajar tersebut dengan isilah prestasi belajar. Moch. Surya (1981:174) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar adalah seluruh kepandaian dan keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar.”
Abin Syamsudin Makmun (1996:8) menyimpulkan bahwa perbuatan dan prestasi belajar itu dapat dimanifestasikan dalam wujud:
a.       Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip atau hokum kaidah prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya.
b.      Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan), proses berfikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap, apresiasi, penghayatan dan sebagainya), perilaku psikomotorik (keterampilan-keterampilan psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif).
c.       Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun intangible.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa prestasi belajar itu merupakan suatu kecakapan nyata yang dapat dilihat dari penggunaan individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar di sekolah yang dilakukan secara sadar dan dsengaja dan berlangsung dalam suatu periode waktu tertentu. Disamping itu hasilnya dapat diukur dengan menggunakan kriteria penilaian tertentu.

Operasionalisasi Variabel penelitian

1. Variabel dan hubungan Antar Variabel Variabel adalah karakteristik yang bisa diduplikasikan ke dalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi a...