Aktivitas belajar bagi setiap
individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, terkadang lancar,
terkadang tidak, terkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari,
kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya
tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian antara lain kenyataan
yang sering dijumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam
kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama.
Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan
belajar.
Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Demikian juga
dengan IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu,
dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka
pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan
belajar.
Menurut Dalyono, M (2009:230)
mengemukakan macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi
empat macam:
a.
Dilihat
dari jenis kesulitan belajar
1)
Ada
yang berat
2)
Ada
yang sedang
b.
Dilihat
dari bidang studi yang dipelajari
1)
Ada
yang sebagian bidang studi
2)
Ada
yang keseluruhan bidang studi
c.
Dilihat
dari sifat kesulitannya
1)
Ada
yang sifatnya permanen/menetap
2)
Ada
yang sifatnya sementara
d.
Dilihat
dari segi faktor penyebabnya
1)
Ada
yang karena faktor intelegensi
2)
Ada
yang karena faktor non intelegensi
Setiap siswa
pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik
yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat
mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu,
penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan
kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan
lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Siswa-siswa yang berkategori
“di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat
kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini
kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan
rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain
itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan
rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
No comments:
Post a Comment